Kutipan tentang Kemanusiaan dalam Novel “Bumi Manusia” – Pramoedya Ananta Toer
Bagi para pecinta sastra, siapa yang tidak kenal dengan Pramoedya Ananta Toer, seorang novelis asal Indonesia yang pernah dinominasikan untuk mendapatkan Nobel Sastra. Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer, adalah seorang sastrawan realis yang karya-karyanya memiliki nilai-nilai humanisme yang begitu tinggi.
Humanisme dalam karya Pram, dapat terlihat dalam novel “Bumi Manusia” yang ia tulis saat menjadi tahanan politik di Pulau Buru. Berikut adalah beberapa kutipan tentang kemanusiaan dalam buku “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer:
Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan.
Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana.
Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya , tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini
Kau harus berterima kasih pada segala yang memberimu kehidupan, sekali pun dia hanya seekor kuda.
Juga jangan jadi kriminil dalam percintaan-yang menaklukan wanita ddengan gemerincing ringgit, kilau harta dan pangkat. Lelaki belakangan ini adalah juga kriminil, sedang perempuan yang tertaklukan hanya pelacur.
Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput.
Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai. (Nyai Ontosoroh).
Memang berita mutasi tidak pernah menarik perhatianku; pengangkatan, pemecatan, perpindahan, pensiunan. Tak ada urusan! Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.
Mengapa aku ceritakan ini padamu, Ann? Karena aku tak ingin melihat anakku mengulangi pengalaman terkutuk itu. Kau harus kawin secara wajar. Kawin dengan seseorang yang kau sukai dengan semau sendiri. Kau anakku, kau tidak boleh diperlakukan seperti hewan semacam itu. Anakku tak boleh dijual oleh siapa pun dengan harga berapa pun. Mama yang menjaga agar yang demikian takkan terjadi atas dirimu. Aku akan berkelahi untuk harga diri anakku. Ibuku dulu tak mampu mempertahankan aku, maka dia tidak patut jadi ibukku. Bapakku menjual aku sebagai anak kuda, dia pun tidak patut jadi bapakku. Aku tak punya orang tua.
Cinta ini indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini.
Kasihan hanya perasaan orang berkemauan baik yang tidak mampu berbuat. Kasihan hanya satu kemewahan, atau satu kelemahan. Yang terpuji memang dia yang mampu melakukan kemauan baiknya.