Review Buku 

Review Buku “Nabi juga Disakiti Manusia” Karya Khubaib Akhi

Buku “Nabi Juga Disakiti Manusia” adalah buku non-fiksi terbitan Malaysia yang berupaya memberikan gambaran kehidupan bersosial Nabi Muhammad SAW yang penuh konflik. Tujuannya tak lain adalah untuk memperlihatkan pada generasi saat ini bagaimana sikap Nabi dalam menghadapi konflik yang bermacam-macam tersebut. Meskipun dalam penjelasan nantinya terdapat uraian gambaran sikap Nabi menghadapi konflik dengan para sahabat maupun tetangganya, namun buku ini lebih banyak memfokuskan pada konflik perhubungan antara suami-istri.

Buku ini ditulis oleh Khubaib Akhi yang bernama lengkap Khubaib Muhamad Asmadi asal Selangor, Malaysia dan ditulis dalam bahasa Melayu. Bagi pembaca Indonesia mungkin sedikit menjadi tantangan tersendiri saat membacanya. Meskipun demikian, penggunaan bahasa yang formal menjadikan bahasa Melayu yang digunakan tidak amat susah untuk dipahami, mirip dengan Bahasa Indonesia formal.  

Apa yang membuat buku ini menarik untuk dibaca? Pertama dari segi desain, baik cover ataupun kertasnya. Cover buku yang sederhana dengan nuansa warna soft-pink ditambah kualitas kertas, desain format tulisan yang rapi, dan tambahan beberapa ilustrasi gambaran menjadikan buku ini nyaman untuk dinikmati. Body buku juga nyaman untuk digenggam, tidak terlalu kecil atau terlalu besar. Demikian juga tebal halamannya, tidak terlalu tipis juga tidak terlalu tebal, hanya 251 halaman.  

Kedua, isi konten yang ditawarkan. Pada bab awal pembahasan, pembaca akan disuguhkan dengan problem statement yang melatarbelakangi penulisan buku ini. Manusia yang kini hidup di era serba online yang berimbas pada interaksi sosial melalui media sosial, menjadikan perhubungan antar satu manusia dengan manusia lain semakin rumit dan konflik juga semakin beragam, termasuk dalam urusan rumah tangga suami-istri. Atas dasar hal demikian, Khubaib Akhi sebagai penulis ingin memberikan gambaran solusi melalui uraian kehidupan konflik ala Nabi sehingga harapannya pembaca dapat mengimplementasikan nilai-nilai solusi dari kehidupan Nabi Muhammad SAW ke dalam kehidupan sosialnya era kini. 

Buku ini cocok untuk dibaca bagi para pasangan yang memulai kehidupan barunya dan menyadari sekelumit konflik, baik konflik dengan pasangan sendiri maupun konflik dengan tetangga atau kawan. Dalam setiap babnya, buku ini mencoba untuk memberi kesadaran bagi pembaca apa yang sedang terjadi dalam setiap kehidupan yang penuh konflik. Pembahasan kemudian mengalir begitu saja pada uraian kisah hubungan Nabi SAW dengan para keluarga, istri-istrinya, sahabat, maupun tetangga. Struktur pembahasan yang demikian mengajak para pembaca untuk berpikir bahwa setiap masalah ada solusi terbaiknya. 

Ambil salah satu contoh, misalnya pembahasan mengenai ekspektasi terhadap orang lain. Tidak jarang manusia memiliki ekspektasi atau harapan yang ditujukannya pada seseorang, baik saudara, anak, pasangan, sahabat, atau kawan. Ekspektasi juga kerap hinggap di hati para pasangan yang akan menikah. Sang pria yang berekspektasi akan istrinya yang pandai memasak, atau istri yang berekspektasi suaminya seromantis dalam drama-drama percintaan Korea. Tidak ada yang salah dengan ekspektasi, karena hal tersebut merupakan hal yang wajar dialami dan dimiliki oleh semua manusia, termasuk Baginda Nabi SAW. Khubaib Akhi dalam buku tersebut kemudian menjabarkan bagaimana ekspektasi Nabi SAW terhadap anak dan menantunya yakni Fatimah dan Ali bin Abi Thalib RA. Sebagai orang tua yang tahu betul perangai baik dari kedua mempelai tersebut, tentu ekspektasi Nabi SAW terhadap keduanya juga tinggi. 

Apa yang ingin disampaikan Khubaib Akhi di sini adalah bahwa ekspektasi adalah hal yang wajar dalam perhubungan antar manusia. Maka, apabila suatu konflik terjadi akibat ekspektasi terhadap orang lain yang terlalu tinggi, perlu diingat bahwa Nabi SAW, manusia paling sempurna di dunia, sang teladan umat, juga pernah mengalaminya. Jadi, tidak perlu diambil hati apabila itu terjadi. 

Jika diperhatikan, konflik-konflik yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW lebih rumit dan pelik ketimbang manusia yang hidup saat ini. Konflik era kini sedikit-banyak berkisar pada konflik yang menyerang mental dan batin. Hal ini dapat dilihat maraknya tren-tren self-healing ataupun mental health. Konten-konten yang beredar saat ini pun lebih banyak berupaya mengobati luka hati yang dirasakan orang-orang, menegaskan bahwa “semua baik-baik saja”. Jika dilihat kembali pada orang-orang yang hidup di tahun 90-an misalnya, tren mental health saat itu tidak sebesar era kini, bahkan mungkin tidak ada. Demikianlah merupakan efek samping dari meletusnya era teknologi dengan hubungan yang beralih dari fisik menuju non-fisik melalui media sosial. 

Konflik yang dialami Nabi Muhammad SAW lebih banyak berupa konflik yang menyerang fisik yang tentunya berpengaruh pada lelahnya mental. Salah satu gambaran konflik yang dipaparkan dalam buku “Nabi Juga Disakiti Manusia” adalah bagaimana penduduk Thaif yang menolak Nabi SAW dan menghujaninya dengan lemparan-lemparan batu. Dapat dibayangkan, kala itu Nabi SAW bertolak menuju Thaif seorang diri tanpa teman dengan tujuan untuk mencari dukungan dari penduduk yang berada di sana. Perjalanan melalui lembah-lembah dan pegunungan yang berliku-liku tentu bukanlah perjalanan yang mudah. Namun, sekembalinya dari Thaif hanya ejekan dan siksaan yang didapat oleh Nabi SAW. Dapat dibayangkan, bagaimana lelahnya fisik dan hati Rasulullah SAW. 

Buku ini tidak dimaksudkan untuk membanding-bandingkan konflik yang dialami manusia era kini dengan konflik Baginda Nabi SAW, tentu sangat jauh berbeda. Lebih penting dari hal itu, buku ini menyuguhkan teladan dan sikap Nabi SAW dalam menghadapi konflik yang melanda diri. Solusi merespon konflik rumah tangga dengan para istri Baginda SAW tentu berbeda dengan respon terhadap konfliknya dengan para tetangga, berbeda pula konflik dengan sahabat. Maka, secara keseluruhan, buku “Nabi Juga Disakiti Manusia” merupakan buku yang cukup baik untuk dibaca. Sebagaimana judul buku tersebut, meskipun Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia paling mulia dari segala aspeknya, namun Nabi SAW tetaplah manusia yang tak luput dari konflik antar sesama. Allah mengutus Nabi SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin, bukan berarti tidak luput dari masalah, namun untuk menunjukkan bahwa setiap akhlaknya patut untuk dicontoh. Untuk itulah buku ini ditujukan, sebagai cerminan sikap merespon dan menghadapi konflik perhubungan.

Judul Buku: Nabi Juga Disakiti Manusia
Penulis: Khubaib Akhi
Penerbit: Iman Publication
Tahun Terbit: 2023


Saila Fadhila Ulfa
Memiliki nama panggilan kecil “Dhila”, penikmat sastra yang mahir berbahasa Arab ini lahir di Klaten, 11 November 1999 yang saat ini bertempat tinggal di Sleman, Yogyakarta. Menamatkan gelar sarjananya di bidang Bahasa dan Sastra Arab pada tahun 2022 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, kini sedang menjalani studi masternya di bidang yang sama.
Instagram: @saila_f11

Related posts

Leave a Comment