Review Buku 

Menemukan Kedamaian Hidup Melalui Membaca Novel ‘Ranah Pusaka’ Karya Nellaneva

Novel yang ditulis oleh Nellaneva berjudul “Ranah Pusaka”, bercerita tentang para penghuni indekos Arka yang mencari pusaka di indekosnya. Indekos Arka seperti rumah yang menampung siapa saja yang memiliki masalah hidup. Arka sebagai pemilik indekos membuat pengumuman bahwa orang tuanya menghilang dan ia perlu bantuan para penghuninya yaitu Kalilan, Badran, Ilyas, dan Wina untuk menemukan pusaka sebagai petunjuk mencari orang tuanya. Iming-iming yang dijanjikan Arka bila berhasil adalah bisa menyewa gratis membuat para penghuni tersebut tertarik bekerja sama membantunya. 

Lima manusia yang berusaha menemukan kedamaian hidup dalam indekos itu pun mulai menjalankan misi yang dibentuk dengan teka-teki. Arka si charming yang kalem, penuh trivia tapi misterius dan nggak jelas. Kalilan si judes dan skeptisan tapi juga suka memendam semuanya sendirian. Ilyas si badboy ala-ala yang gengsinya kegedean. Badran si paling koki, paling korea, dan paling ghibah juga Wina si pendiam dan paling kikuk. Bermacam latar belakang disatukan Arka menjadi satu tim untuk mencari pusaka tersebut. 

Tapi tahukah kamu? Jika pencarian pusaka bukanlah pusaka seperti yang kamu bayangkan. Tujuan misi ini sebenarnya berbeda dari apa yang disampaikan Arka. Sebagai pembaca Ranah Pusaka, saya merasakan nuansa sendu tapi menghangatkan. Cara para penghuni indekos melarikan diri dari masalah dengan menyewa indekos Arka, disoroti oleh penulis sebagai permasalahan relasi yang perlu dituntaskan. Setelah membaca novel ini, membuat saya merenungkan betapa pentingnya relasi sehat di keluarga dan relasi sehat ketika berpacaran. Berikut pesan yang saya dapatkan dari kisah para penghuni indekos Arka: 

  1. Relasi Keluarga yang Sehat Perlu Diciptakan 

Kalilan hidupnya mulai rumit sejak orang tuanya sering bertengkar. Tentu menjadi Kalilan tidak mudah. Anak kedua dari tiga bersaudara, tetapi sang kakak kabur karena adanya konflik KDRT dalam relasi pernikahan orang tua. Diperparah dengan kondisi sang adik yang lahir dan besar dengan berkebutuhan khusus. Sebagai anak yang dianggap paling normal, Kalilan memikul beban berat karena dituntut harus selalu mengerti kondisi orang tua, kakak, dan adiknya. 

Ketidakcakapan orang tua dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, membuat orang tuanya menjadikan Kalilan sebagai pusat ekspektasi. Ditengah kecamuk batinnya dengan masalah di rumah, perasaan kesepian karena merasa ditinggal sahabatnya yang akan menikah, dan mendapatkan perundungan di fakultasnya karena ia lebih dipilih dosen, membuat ia tidak berhasil mengelola emosi yang bergejolak. Hal itu membuat Kalilan memilih mengakhiri hidup agar semua masalahnya selesai. 

Hal yang dialami Kalilan tentang retaknya relasi sehat orang tua yang memengaruhi anak juga dialami oleh Ilyas. Sebagai anak ia adalah korban dari kesalahan ibunya. Ia dibenci keluarga besarnya sendiri, selalu direndahkan, dan diremehkan hingga membuatnya muak. 

Jika Kalilan melampiaskannya dengan percobaan mengakhiri hidup, Ilyas melampiaskannya dengan menjadi badboy ala-ala. Ia mulai sering keluyuran dan main-main tidak jelas, bolos kuliah, berusaha merusak dirinya sendiri dengan berbagai cara. Titik puncaknya ia menjauhi sumber lukanya dengan kabur ke Bandung untuk hidup menjadi anak kosan dan menutup segala akses komunikasi dengan pihak keluarga. 

Di sisi lain ada Badran. Si paling koki di indekos Arka ini memilih kabur dari rumah karena masalah perseteruan dengan sang bapak. Kehidupan Badran yang semula tentram mulai hancur karena kehadiran ibu tiri. Ketidaksigapan sang bapak memahami kondisi Badran dengan ibu tirinya, membuat bapak dan anak pecah konflik. 

Badran yang kabur dari rumah dan menjadi penghuni indekos Arka pun juga menutup segala komunikasi dengan sang bapak yang dianggapnya bertanggung jawab akan keretakan relasi orang tua dan anak. 

Hal serupa tentang relasi tidak sehat orang tua juga dialami oleh Arka. Definisi dari sosok misterius adalah Arka. Ia adalah penghuni indekos yang paling abu-abu. Ia menyewakan indekos dengan harga sangat murah bahkan menggratiskannya. 

Arka dulunya adalah pegawai kantoran. Namun, kini lebih memilih menganggur dengan mengikuti beragam aktivitas dan kerja sukarela. Ia sejak itu hidup dengan uang tabungan selama kerja serta menjual hp yang dimilikinya. Arka juga memiliki anggapan tidak ingin menyiksa diri hanya demi memenuhi ekspektasi orang lain mengenai bagaimana seharusnya orang dikatakan sukes. 

Sebagai pemilik indekos yang menggagas penemuan harta karun pusaka untuk petunjuk menemukan orang tuanya yang menghilang, menjadikan Arka sosok yang penuh tanda tanya. Tiap pemecahan petunjuk selalu menunjukkan bahwa Arka menyimpan rahasia. Sosoknya yang digambarkan bijak dengan berbagai ungkapan “trivia” menjadikannya seolah manusia paling baik-baik saja. 

Namun, siapa menyangka jika yang terlihat baik-baik saja pun memiliki kecamuk luka batin yang mendalam? Sejak mulainya perseteruan orang tua membuat Arka membentuk imaji masa bahagianya sendiri. Tak ada gading yang tak retak, begitulah kata peribahasa. Kerumitan hidup Arka membuatnya menjadi sosok yang unik dan berbeda dari kebanyakan orang. 

  1. Relasi Berpacaran yang Sehat Perlu Diusahakan 

Kisah rumit selanjutnya dari penghuni baru indekos Arka yang bernama Wina. Ia memiliki permasalahan relasi dengan sang pacar. Ia menjadi penghuni indekos karena bersembunyi dari kejaran sang pacar yang tidak ingin statusnya berubah menjadi mantan. Hari-harinya tidak lagi tenang karena obsesi dan posesifnya sang pacar. Bahkan Wina mengalami kekerasan dalam berpacaran. 

Secuplik kisah kekerasan dalam berpacaran yang dialami Wina, memberikan arti bahwa relasi sehat perlu diusahakan termasuk relasi sehat dalam berpacaran. Karena kamu tahu bukan, banyak muda-mudi kita yang berpacaran. Lalu, dengan mengetahui bagaimana relasi sehat dalam berpacaran, akan sangat membantu diri masing-masing dalam menegaskan batasan dalam relasi berpacaran. 

Kelima karakter dari novel Ranah Pusaka, semuanya memiliki permasalahan akan relasi. Membangun relasi yang sehat itu sangat diperlukan agar kesejahteraan diri bisa terwujud dan bahagia hari-hari bisa dirasakan. Dua hal yaitu mengenai konflik relasi orang tua-anak yang sehat dan relasi berpacaran yang sehat, menjadikan novel ini benar-benar mengeksplorasi masalah keseharian. Slice of life memang cocok menjadi genre dari Ranah Pusaka. 

Alur dari kisah para penghuni indekos di novel ini membuat pembaca bisa merefleksikan hidup. Sebab, trivia-trivia Arka sukses menjadikan kita bercermin ke hidup sendiri. Melalui membaca Ranah Pusaka memberikan pandangan mengenai hidup bahwa tidak ada hidup yang sempurna. Bahwa masalah hadir sekaligus ada penyelesaian asalkan ada usaha buat menemukannya. Bahwa di fase terendah dalam hidup pun akan selalu ada pertolongan jika mau mencarinya, dan bahwa kamu tidak pernah sendirian. 

Teka-teki akhir dari pencarian pusaka juga menjadikan novel ini semakin memikat. Kemisteriusan seorang Arka akan menemukan titik terangnya dengan akhir yang tidak terduga. Mereka berlima adalah penghuni indekos yang terluka batinnya. Mereka berusaha menemukan kedamaian dengan cara masing-masing di bawah atap indekos Arka. 

Novel ini bisa menjadi teman me-time yang tepat karena tiap karakternya dibuat berkembang. Perkembangan karakter tergambarkan dengan baik. Perubahan mereka berasal dari mereka yang berhasil berdamai dengan masalah hidupnya, dengan menunjukkan perubahan ke versi terbaik diri masing-masing. Tentu saja, melalui membaca Ranah Pusaka, sebagai pembaca kita bisa belajar dari kisahnya tanpa perlu mengalaminya. 

Last but not least, saya kutip trivia dari interaksi Arka-Kalilan yang quotesable.

“Kenapa harus menyiksa diri cuma buat penuhi kata orang-orang? Kenapa harus maksa diri buat sama kayak orang lain? Ketika kita maksa pengin kayak orang lain, padahal belum tentu cocok buat kita, itu artinya kita udah enggak menghargai diri sendiri. sialnya, justru yang paling sulit adalah memahami yang benar-benar kita inginkan tanpa ikut-ikutan orang lain. Otak kita udah terpatri dari kecil untuk ngikutin pola yang sama seperti mayoritas manusia. Padahal, enggak harus seperti itu, bukan? Apa dengan lulus cepat akan jadi jaminan sukses? Emangnya definisi ‘sukses’ itu apa, sih? Apa dengan punya banyak uang bakal seneng terus? Apa dengan menikah seseorang bakal otomatis bahagia? Apa manusia baru bisa merasa ‘utuh’ setelah punya anak? Apa semua itu adalah prestasi yang harus dipenuhi? Kurasa enggak.” (hal 173 -174)


Lailatul Nur Aini
Penikmat kata yang meleburkan diri melalui menulis dan membaca. Meskipun tertarik dan menggeluti psikologi ketika kuliah dan bekerja, tidak lantas membuat dunianya yang berisi fiksi, puisi, dan meraih cita-cita terlupa. Suka sekali kalau punya teman baca. Instagram: @lailanalna

Related posts

Leave a Comment